Oleh: Ardy Maulidy Navastara*
* Alumni Arsitektur ITS dan Perencanaan Wilayah & Kota ITB
Konsep kota masa depan dengan optimis menyatakan bahwa kota berupaya untuk menjaga kondisi lingkungan dengan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan, kota harus menjadi bagian dari solusi terhadap kondisi tersebut. Persyaratan pertama yang harus dipenuhi bahwa fungsi suatu kota harus memperhatikan terhadap keseimbangan lingkungan. Persyaratan kedua, bahwa kota tidak hanya dipandang sebagai bentuk fisik saja, namun secara psikologis dan sebagai sesuatu yang menarik (estetis), sebagai sesuatu yang menyediakan kepuasan arti bagi suatu komunitas/masyarakat, dan kota merupakan sesuatu yang berlanjut. Konsensus bagaimana membangun suatu kota mencakup beberapa aspek:
- Kehidupan dengan kepadatan yang tinggi
- Komunitas yang spontan & kondisi kehidupan yang manusiawi
- Mengurangi persyaratan perjalanan
- Daya Manusia & transit publik
- Bangunan hemat energi
- Penggunaan lahan dengan fungsi mix-used
- Sistem daur ulang yang baik
- Ruang-ruang untuk publik
Langkah-langkah menuju Kota Ekologis menurut Christopher A. Haines:
1. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip lingkungan dimana transformasi kota harus terjadi. Prinsip-prinsip ini merupakan benchmark yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan. Prinsip-prinsip ini cukup sederhana namun sangat penting untuk diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
- Konservasi Sumber daya
- Sumber daya material
- Sumber daya energi
- Sumber daya budaya
- Sumber daya finansial
- Studi tentang sampah
- Studi tentang Sejarah
2. Merehabilitasi pusat-pusat kota
Proses ini terdiri dari:
- Melakukan preservasi pada bangunan yang bersejarah
- Merehabilitasi bangunan untuk konservasi energi dan modifikasi lain yang disyaratkan
- Mengganti aset-aset yang tidak memberikan kontribusi pada kota
3. Meningkatkan transportasi untuk publik
4. Menambah kepadatan di kawasan sprawl
Syarat-syarat Pembangunan Kota Ekologis
-
Jaminan yang ekologis meliputi udara yang bersih dan aman, penyediaan air yang diandalkan, makanan, perumahan dan tempat kerja yang sehat, pelayanan pemerintah kota, perlindungan bencana untuk semua orang.
-
Sanitasi yang ekologis harus memenuhi aspek efisien, biaya yang efektif, cara yang ramah lingkungan dalam mengolah dan mendaur ulang hasil metabolisme manusia, limbah dan air kotor.Metabolisme industri yang ekologis dimana pelestarian sumber daya dan pelindungan lingkungan termasuk pada transisi industri, menekankan pada penggunaan kembali pada bahan yang digunakan, produksi yang berkelanjutan, energi yang diperbaharui, transportasi yang efisien, dan kebutuhan hubungan antar manusia
-
Lanskap yang ekologis dimana meliputi kesatuan yang mengatur struktur-struktur terbangun, ruang terbuka seperti taman dan plaza, penghubung seperti jalan dan jembatan, komponen-komponen alami seperti sungai, bukit, memaksimalkan aksesibilitas kota untuk seluruh warga kota disaat pelestarian energi dan sumber daya serta usaha-usaha untuk mengurangi masalah kecelakaan kendaraan, polusi udara, menurunnya kualitas air, efek panas dan pemanasan global sedang terjadi.
-
Kesadaran ekologis meliputi diantaranya membantu orang untuk mengerti bahwa tempat mereka bagian dari alam, identitas budaya, sikap tanggung jawab terhadap lingkungan dan membantu mereka untuk merubah kebiasaan mengkonsumsi dan meningkatkan kemampuan mereka agar dapat memberikan kontribusi untuk merawat ekosistem kota dengan kualitas yang tinggi.
maaf mas kalo saya baru memberi komentar sama sampean.
menarik sekali ketika pertama kali saya membaca judul ini “Pembangunan Kota Ekologis”, mengingat sebagian besar kota diindonesia dibangun dengan tata ruang yang sangat amburadul sekali dan sangat tidak sehat sama sekali.
saya boleh memulai komentar dengan pertanyaankan.
1. pembangunan kota ekologis memang pada saat ini menjadi impian sebagian masyarakat yang memang mengetahui pentingnya pembangunan yang ramah lingkungan. saya menyebut sebagian masyarakat karena tidak semua orang yang berpendidikan tahu pentingnya lingkungan dan tidak semua orang yang tidak berpendidikan tidak tahu menahu tentang lingkungan. pertanyaannya adalah bagaimana bentuk sistem pembangunan kota ekologis, karena apa yang sampean paparkan bagi saya orang biologi lingkungan terlalu general? (mengingat sampean orang arsitek, pasti sampean sudah punya gambaran ketika menawarkan isu ini)
2. jika kita mengambil satu keping puzzle dari kesemrawutan kota di indonesia, permisalan manajemen sungai dikota besar dibuat sperti apa?
maaf kalo pertanyaanya terlalu setengah jlimet, karena saya sekarang juga sedang begitu sangat memikirkan pembangunan wilayah pesisir dengan meminimalisasi dampak, terutama daerah pelabuhan.
sepertinya dalam hal ini peran arsitek, arsitek lansekap, atau tata kota sangat diperlukan . Tentunya juga kerjasama yang sinergis dengan pihak pemerintahnya. Contoh real adalah ibukota negeri ini yang perancangan kotanya juga semrawut, meskipun saat ini mulai ada perhatian yang serius dari pemerintahnya untuk memikirkan bagaimana merancang kota yang ekologis.
salah satu contoh real yang bisa saya telusuri dari ibukota negara adalah dimulainya memikirkan tentang keberadaan taman kota yang bisa bermanfaat bagi masyarakat maupun lingkungan. Contohnya dengan perancangan ulang beberapa taman tua, seperti, taman menteng dan taman borobudur. Meski saya tidak bisa berkomentar tentang efektivitas dan efisiensinya karena taman-taman tersebut menyerap dana yang luar biasa.
Saya ada contoh kasus perancangan sebuah kawasan yang melibatkan manajemen sungai. Kemang Village, sebuah kawasan di Jakarta yang rencananya akan menjadi Kota terpadu. Di dalam sitenya mengalir Kali Krukut, yang rencananya akan diolah sebagai salah satu sumber air bersih untuk kawasan tersebut. Dalam perancangannya sang arsitek juga membangun sebuah tempat penampungan air di bawah lantai bangunan yang bisa menampung air hujan untuk mencegah banjir saat musim hujan.
semoga bermanfaat
BTW, ndelok foto2ne dadi kuuuangeeen pooollll rek…, Rukyat, Lege, Hafid, Ha’is, Wildy, Kyai Bi, Cak Mughni, Anshori….yo opo kabare…kapan yo iso ketemu maneh…?
salam dari ibukota
Lia
siiplah..kita tunggu saja gebrakan Kemang Village..btw saya punya pertanyaan kecil, trus..lingkungan ini nantinya untuk siapa ya…??? ironis memang jika dibandingkan dengan lingkungan kumuh yang didiami oleh masyarakat miskin perkotaan yang jumlah diperkirakan terus bertambah.
numpang comment lagi yah…
yah..kalau menurut saya..bagaimana pun sistem yang diterapkan entah itu lebih bagus dari sistemnya Kota Ciritiba kalau bukan dari masyarakatnya yang di “sentuh” tidak akan berhasil
perencanaan sebuah kota kan dari dan untuk masyarakat
selama ini masyarakat sebagai agen of control dari pembangunan hanya sekedar slogan,
gimana suatu kota mau maju kalau masyrakatnya juga cuek bebek, belakangan baru rasain susah yah pemerintah deh di caci maki..
susah memang…DILEMATIS…
izin lgi bwt referensi….
menarik mas, uraian awal tentang kota ekologisnya. bisa jadi “semacam” pengantar studi perkotaan yang ramah lingkungan.