Hentikanlah pembodohan massal masyarakat Indonesia dengan menggunakan instrumen pembunuhan karakter (PK).
Menyedihkan sekali melihat di dalam diskusi publik bertebaran mindset bodoh yang merupakan imbas praktek pembunuhan karakter. Sudah seakan terasa lazim kita temui komentar penuh bias misalkan “dia kan syi’ah”, “dia kan liberal” dll memenuhi diskusi-diskusi publik di netosfer Indonesia. Demi memenangkan opininya, banyak opinion leader serta organisasi tertentu secara sistematis suka menggunakan instrumen pembunuhan karakter ini. Label-label semacam “antek Zionis”, “antek Amerika”, “anti syari’ah”, “Syi’ah”, “JIL”, “pengikut Abu Lahab” bahkan label “al-Kaddab”, “musuh Islam” , “kafir” atau “musuh Allah”, pun dengan gampang disematkan kepada para target PK.
Melihat massive dan sistematisnya pelabelan ini, Sepertinya diharapkan agar terjadi delegitimasi terhadap tokoh yang ditarget. Lalu masyarakat digiring agar antipati dan goal akhirnya tokoh ybs tidak lagi didengar atau dipercaya pendapatnya dan karenannya opini mereka akan menjadi wacana tunggal tanpa pembanding. Setelah Nur Kholis Madjid, Gus Dur, Ahmad Wahib, Djohan Efendi, Dawam Raharjo, Harun Nasution, Said Aqil Siraj, Ulil Abshar Abdalla, Syafi’i Maarif, Masdar F Mas’udi, Guntur Romli, Abdul Moqsit, Jalaluddin Rahmat, bahkan yang kelewatan … Prof Quraish Shihab. Mungkin sebentar lagi Gus Mus bakal jadi sasaran berikutnya. Lanjut Baca »